Baiklah. Aku memberanikan diri ikut serta dalam komunitas ini, menulis sesuka hati, tak mengapa asal-asalan selama tak melakukan jiplak atawa plagiat--sebagaimana yang dikemukakan para pendiri komunitas dalam penjelasannya itu. Kukira, cara gerak komunitas seperti inilah tempat terbaik untuk mengasah diri, terutama untukku yang masih terus belajar menulis. Apa pasal? Tak banyak aturanlah yang jadi pemicu. Aturan yang tidak banyak kecuali berteguh pada prinsip (tidak plagiat itu tadi) adalah penting, dan seseorang layaknya aku yang masih beringsut seperti siput dalam perkara menulis jadi bisa menjauhkan diri dari kekang pikiran yang biasanya kerap berujung tak bisa menulis apa-apa.
Sementara prinsip kau bebas mau ngapain aja asal tidak plagiat adalah unsur picu lainnya, dan ini telah sukses memancingku untuk memberanikan diri bergiat di komunitas ini (semoga berkelanjutan adanya) terhitung sejak postingan ini mengudara. Kalau boleh kusederhanakan prinsip asal tidak plagiat kurang lebih menuntut kau untuk: jujur sejak dalam pikiran,--meminjam quote Bung Pram dalam tetraloginya, adil sejak dalam pikiran. Sudah tentu prinsip seperti ini mesti ditanam oleh semua orang, lebih-lebih para pejabat Indonesia yang notabenenya secara berjamaah punya tabiat koruptif.
Maka, meski harus beringsut seperti siput, proses aku belajar menulis seperti menemukan jodohnya ketika dua hari lalu setelah menebalkan niat untuk aktif kembali di platform ini aku mendapati keberadaan komunitas Satu Jiwa. Aku merasa ini pertanda baik, alam berkonspirasi memberikan restu atas niatku. Betapa indahnya. Sampai- sampai aku terngiang satu lagu NTRL berjudul Haru Biru. Penggalan liriknya; oh betapa indahnya, oh betapa nikmatnya, bermandi hujan di kala jaya, tercebur lumpur sewaktu hancur. Buset dah. Aku jadi pingin dengar lagu itu jadinya.
Kuputar sajalah. Hitung-hitung itu lagu memang layak didengar segala kondisi. Musikalitas tiga musisi hebat tak lekang waktu itu (Eno, Coki dan tentu saja Om Bags) memang sangat-sangat patut kau jadikan sebagai pemancing semangat. Pun keseluruhan liriknya yang jika kau simak dan kau rapal berulang, ia punya pesan untuk jangan lupa bersyukur bagaimanapun kondisi yang tengah kau hadapi.
Selebihnya adalah penutup. Aku akan mencoba ada kembali di sini. Belajar sampai mati atas apa saja yang suka kugeluti, terutama menulis dan menggambar dengan harapan bisa tambah banyak wawasan dan luas pula lingkaran pertemanan. Demikian, dan wassalamu. 🤟🏿