Tidak Ada Warteg, Gorengan Pun Jadi

in #hive-1078019 months ago

Halo gaes, apa kabar semua

Hari-hari seperti ini adalah saat tersulit mencari makan... Pertama orang-orang sudah pada mudik, jadi banyak warung yang sudah tutup. Yang kedua? nanti dulu, kita cerita soal yang pertama dulu ya.

IMG_20231205_130959_285.jpg

Rencananya seperti biasa saya mau cerita dengan modal di bawah dua puluh ribu bisa makan kenyang di Jakarta. Biasanya ga jauh-jauh dari makan di warteg seperti foto di atas itu. Itu cuma lima belas ribu saja, tapi sialnya sekarang sudah tutup warung nya. Jadi terpaksa cari tempat lain deh.

IMG_20240326_164501_137.jpg

Alternatif yang paling cepat itu adalah mampir ke tempat ini. Ga usah sebut nama ya, dah terkenal tempatnya. Katanya sih tidak mahal, dua puluh lima ribu dah bisa makan, tapi tidak kenyang. Bagi saya bukan sesuatu yang bisa dimakan setiap hari, sesekali ok lah... Sudah jelas tidak mahal, tapi jelas juga tidak masuk kategori murah.

Mungkin kalimat saya di atas rada provokatif ya, Gacoan saya bilang tidak murah juga. Tapi serius ini benar, Gacoan itu tidak mahal dalam arti lima puluh ribu bisa buat makan berdua, tapi kalau adu murah... Warmindo jelas lebih murah, dan kualitas makanannya ga jauh beda juga.

Bukan dalam arti menyudutkan atau menentang ya, tapi tolong diartikan sebagai ajakan melihat sisi lain secara umum.

IMG_20240330_135347_593.jpg

Akhirnya saya mampir di pinggir jalan, ada warung gorengan dan indomie yang saya tahu buka di situ. Gorengannya tinggal tahu, yang lainnya habis. Ya wajar saja banyak yang sudah tutup, jadi terpaksa orang-orang pada nyemilin gorengan di situ.

IMG_20240330_135335_883.jpg

Salah satu ilmu dasar bertahan hidup di jalanan itu harus bisa kenyang makan lontong dan gorengan. Ini ilmu saya pelajari ketika covid-19 datang, pada saat itu saya bertahan hidup hanya dengan lima puluh ribuan untuk seminggu. Caranya bagaimana? ya makan gorengan doang.

Intinya jangan makan gorengan yang aneh-aneh, kayak cireng. Cari yang bisa diperhitungkan kandungan gizinya, seperti Tahu Isi, atau bakwan goreng. Saya tidak rekomen tempe goreng, itu biasanya dah kering kayak giziya dah pada gosong tergoreng semua.

Supaya bisa kenyang, harus ada sumber seratnya, paling sederhana dari beras yang ada di lontong ini. Terus terang saya susah merekomendasikan bacang, dan juga tidak merekomendasikan lemper... karena dua itu ada ketan nya.

Dalam kondisi normal, makan ketan itu tidak ada masalahnya... dalam kondisi tidak normal itu bermasalah, karena ketan itu menghasilkan gas di lambung sehingga tidak cocok untuk orang yang lambungnya bermasalah seperti ada bawaan maag nya.

Cerita versi saya ini kondisi tidak normal ya, dimana kita hanya bisa beli lontong lima ribu rupiah, biasanya dapat 3 yang kecil, atau 1 yang besar sekali ada isi daging dan kacangnya. Makan itu saja sehari sekali jam 11 siang, pulang sampai rumah jam 9-10 malam baru buat Indomie.

Bentar... Tadi nomor satunya banyak yang mudik kan, jadinya warung pada tutup.... terus nomor duanya apa donk? kok jadi kelupaan begini.

Nomor duanya itu pada getok!! Serba salah sih, dibilang salah jelas salah, kenapa harga dinaikin demi margin yang lebih gede... mentang-mentang dah kejepit, ga ada yang buka, langsung jual mahal gitu aja ya?

Tapi hal itu dibilang benar, ya benar juga... Karena pedagang itu ga ada THR nya. Bagi yang dapat THR dari kantor, sepantasnya tidak komplen begitu ketika pedagang menaikan harga, karena mereka juga butuh "kelebihan", memangnya yang berhak bahagia yang terima THR saja?

Coba direnungkan baik-baik... Kelebihan itu bilamana dibagikan, itu bukan hak nya yang kurang mampu atau tidak beruntung saja. Sesama kita yang mampu atau bahkan wong soegih, juga berhak menerima kelebihan itu juga. Kantor memberikan THR itu dengan tujuan agar pegawainya bisa merayakan hari raya dengan berkecukupan. Kalau kita tidak kerja di kantor, terus bagaimana cara merayakannya?

Setelah makan gorengan, lontong dan minum teh manis di sana, saya tanya berapa bu jadinya? Dua puluh empat ribu mas!!!! digetok!!! wkwkwk

Ya saya bayar saja dan tidak perlu misuh-misuh... mungkin dah menjadi takdir dan kewajiban saya untuk mencukupkan mereka dalam merayakan Hari raya Lebaran ini.

hive divider - thepeakstudio.png

Terima kasih telah membaca tulisan saya yang apa adanya ini. Saya lebih banyak meluangkan waktu saya bermain gim di Hive Blockhain, dan berbagi cerita tentang gim dan permainan tersebut melalui tulisan-tulisan saya di sini. Jangan sungkan bertanya langsung ke saya bilamana ada yang mau ditanyakan dan mohon maaf kalau tulisan saya di sini ada yang menyinggung perasaan anda.

signature peakd.png

Tidak lupa saya berterima kasih kepada:

  • Canva : yang telah memberikan peralatan penyunting gambar secara gratis
  • Thepeakstudio : yang telah membuat gambar divider / pembatas yang keren di sini

Posted Using InLeo Alpha

Sort:  

I don't know the language but it looks so delicious! The one wrapped around a leaf looks like our local suman, which is a sweet sticky rice snack prepared with coconut milk. Love how cultures overlap. Thanks for sharing!

yaa, basically they are similar, only how people on each regions serve them a bit differently

!LUV
!PIZZA

dewabrata, happyphoenix sent you LUV. 🙂 (3/10) tools | trade | connect | wiki | daily

Made with LUV by crrdlx.

PIZZA!

$PIZZA slices delivered:
@happyphoenix(2/5) tipped @dewabrata