Selamat pagi kawan..
Sejatinya akan ada ekspresi bahagia dan sedih yang terpancar ketika kita menemukan sesuatu yang baru pertama kali kita lihat dan kita dapat. Baik itu berupa hal baik atau juga hal buruk Itu sudah menjadi fitrah seseorang dan itu kita sebut ekspresi. Tuhan menciptakan manusia dengan komplit. Namun, antara Tuhan yang menitipkan dan manusia yang menerima tentu tidak ada persoalan.
Berbeda dengan antara manusia dan manusia. Ekspresi terkadang sering disalahartikan. Reaksi bahagia menerima transferan uang dari seseorang di tengah acara kematian, dapat dilihat oleh orang lain sebagai betapa kejamnya kita berekspresi dalam acara duka. Mungkin juga di acara pernikahan, kita harus menangis karena mendapatkan berita kematian orang terdekat. Disini bisa saja orang akan berpandangan bahwa kita tidak bahagia atau tidak menginginkan pernikahan itu terjadi.
Disinilah pentingnya ekspresi itu dipahami secara baik dan melihat semua secara menyeluruh, tidak mengambil kesimpulan sebelum bertanya dan mendengar. Dengan bertanya kita akan mengerti bahwa ada alasan di balik tawa dan senyum pada acara kematian tadi dan begitu pula alasan kesedihan saat acara pernikahan tadi.
Ekspresi pertama : Senyum kenangan sebelum peristiwa kesedihan.
Labu yang kami dapatkan ini adalah labu terbesar yang pernah saya lihat, saya tentu bahagia mendapatkannya secara gratis dari kebun pamanku. Namun setelah labu ini kami petik dan kami bawa pulang, di hari berikutnya muncul kesedihan karena mendengar kebun itu tertanam oleh longsor besar tadi malam. Mungkin saja orang melihat kami telah bahagia, namun saat meng-upload ini, ada banyak kesedihan setelahnya.
Ekspresi kedua : Senyum puas setelah 3 jam
Memancing itu butuh kesabaran, memancing itu butuh ketenangan. Apa yang dialami anakku hari ini adalah senyum dan sedihnya dalam memancing. Sudah hampir 3 jam dia bertahan, sabar dan tenang menghadapi keadaan. Tidak terhitung berapa kali kailnya tersangkut di karang dan harus diganti. Sesekali ia mengoleskan krim ke mukanya karena panas terik yang membakar. Dia menjalaninya dengan baik.
Hingga akhirnya, di saat sebelum dia mengatakan hendak menyerah, kailnya ditarik oleh ikan yang besar (menurutnya) dan ia terkejut dan kegirangan hingga akhirnya ia berhasil mengangkat ikan tersebut ke atas dan memamerkan ikan tersebut kepadaku. Ya, begitulah ekspresi kebahagiaannya. Namun melihat hasil akhirnya saja tentu tidak objektif karena sebelum ini mukanya sedih dan kecewa.
Ekspresi ketiga : Kopi Lemon yang jadi kenangan.
Kopi dan Lemon ternyata bisa menyatu dalam rasa dan kemewahan kopi. Ini yang pertama kali aku rasakan saat berada di Aceh Tamiang beberapa waktu lalu. Selama ini aku menduga pahitnya kopi akan selaras dengan rasa manis seperti gula, madu, dan coklat. Namun keasaman lemon justru membuat rasa kopi lebih nikmat dan segar. Hingga sekarang aku masih ingin kembali kesana.
Jika bicara ekspresi, maka tidak ada foto selain foto ini dan hanya ada tulisan yang bisa kamu baca dan mengetahui betapa aku sangat bahagia dengan hal baru ini. Kopi Lemon selalu menjadikan hasratku dan harapanku untuk mencoba variasi kopi sepanjang waktu. Semoga aku beruntung bisa kembali kesana dan meminumnya lagi.
Salam hormat
@khaimi