Mencoba melogikakan tradisi yang kadang berbenturan dengan keyakinan.
Hello hiver,
Tradisi ini sudah ada semenjak dahulu di dalam masyarakat pesisir pantai yaitu berupa larungan sesaji atau biasa kita sebut dengan sedekah laut.
Larungan sesaji dalam kacamata masyarakat pesisir, terutama di tanah Jawa, itu sebagai bentuk rasa syukur dan tolak musibah.
Seiring berjalannya waktu, tradisi ini menuai kontroversi terutama jikalau dihadapkan dengan keyakinan tertentu di masyarakat, "merusak akidah, syirik dll dll." (Mohon dikoreksi)
Alih-alih berbenturan dengan agama atau keyakinan tertentu, disini akan saya coba untuk memasukkan tradisi larungan sesaji ke ranah logika. Meski hanya logika sederhana.
Sedekah laut, itu penuh dengan berbagai macam sesaji, salah satunya adalah kepala kerbau kambing dan yang lainnya.
Logikanya seperti ini,
Pernah memancing ikan di sungai?
Lihatlah apa yang kalian gunakan sebagai umpan. Boleh cacing, olahan pakan khusus atau yang lainnya.
Iya, sebagai penarik ikan supaya mendekat ke mata pancing.
Lantas kita tarik ke sedekah laut, apa yang di berikan ke laut?
Kepala kerbau segar sebesar itu. Sampai sini bisa diteruskan sendiri?
Betul, kepala kerbau dijadikan umpan untuk ikan ikan yang ada di pesisir laut, nantinya akan mengundang ikan kecil bahkan ikan besar untuk berkumpul.
Walhasil mereka para pencari ikan, mendapatkan hasil yang maksimal.
Nah disini menjadi sedikit agak logis, dan bau-bau kemistisannya akan hilang.
Dalam prakteknya, mungkin didapati penyelewengan sesaji yang berlebihan, itu mungkin.
Begitulah kira-kira logika sebuah penemuan leluhur yang dibalut dan disamarkan dengan klenik. Benar-benar jenius. 🥳
Lalu bagaimana menurut pandangan teman-teman?
Semoga bermanfaat.