Recently, I was invited to dissect a book by junior high school students? As a writer who is often invited to provide writing training for junior high school students, I have to understand the mindset of a student which is different from that of an adult. So, we have to lower the grade from adults to the level of junior high school students who are teenagers.
Just like doctors, there are pediatric surgeons who require special skills, different from surgeons for adults. Understanding a book by junior high school students must be with the mind of a junior high school student who is moving towards adolescence. The writing reflects an innocent, cheerful, and honest character.
I dissected a compilation work by 14 students of Class X IPS JK Rowling SMA Sukma Bangsa Lhokseumawe, Aceh, Indonesia. If there are 21 students in the class, there are 7 students who did not write, or their writing did not pass or there were other reasons. I stated this when dissecting their books, but there was no answer from the teacher who guided them in writing.
Writing about experiences in class, impressions of school friends and their characters. Knowing yourself and others. Respecting diversity from an early age. Children are encouraged to think according to their age, to think critically about problems that may be trivial to adults.
I try to approach children in reading their works. There are discussions that may be trivial to adults, but for children they are serious problems. So, I try to stop at some of those parts and read with a child's approach.
I am often surprised by the leaps in thinking of children today which are different from my childhood. They not only seem more critical, but also braver and their imaginations are more developed. The moral messages they convey are also not patronizing, unlike my generation which felt more boring.
Don't question the children's language style which does seem simple. Their writing that looks plain, illustrates that the editor's intervention in editing their work is indeed low. For me, that looks more interesting than a language style made good by an editor.
I don't have too much difficulty in dissecting their works because when I was in college and made a living from writing, I often wrote children's stories. Some of my works were published in the mass media in Indonesia.
I hope that children can continue to write and read books, both those published in Indonesia and foreign books, to broaden their knowledge and improve their literacy skills.[]
Membedah Buku Karya Anak, Mengubah Pola Pikir
Belum lama ini, saya diundang untuk membedah buku karya pelajar SMP? Sebagai penulis yang seering diundang memberikan pelatihan menulis untuk kalangan pelajar SMP, saya harus memahami pola pikir seorang pelajar yang berbeda dengan orang dewasa. Jadi, kita harus menurunkan grade dari dewasa ke tingkat pelajar SMP yang berusia belasan tahun.
Sama seperti dokter, ada spesialis bedah anak yang menuntut kemampuan khusus, berbeda dengan dokter bedah untuk orang dewasa. Memahami buku karya pelajar SMP, harus dengan pikiran anak SMP yang sedang beranjak menuju remaja. Tulisannya cermin dari karakter yang polos, ceria, apa adanya.
Saya membedah sebuah karya kompilasi 14 siswa X IPS Kelas JK Rowling SMA Sukma Bangsa Lhokseumawe, Aceh, Indonesia. Kalau ada 21 siswa di kelas tersebut, ada 7 siswa yang tidak menulis, atau tulisannya tidak lolos atau ada alasan lain. Saya menyatakan hal ini ketika membedah buku mereka, tetapi tidak ada jawaban dari guru yang membimbing mereka dalam menulis.
Menulis tentang pengalaman berada di kelas, kesan terhadap teman sekolah dan karakternya. Mengenal diri sendiri dan orang lain. Menghargai keberagaman sejak kecil. Anak-anak diajak berpikir sesuai dengan usianya, berpikir kritis tentang masalah yang mungkin sepele bagi orang dewasa.
Saya mencoba melakukan pendekatan anak-anak dalam membaca karya mereka. Ada pembahasan yang mungkin sepele bagi orang dewasa, tetapi bagi anak-anak menjadi masalah serius. Jadi, saya mencoba berhenti di beberapa bagian itu dan membaca dengan pendekatan anak-anak.
Saya sering merasa terkejut dengan lompatan berpikir anak-anak sekarang yang berbeda dengan zaman masa kecil saya dulu. Mereka bukan hanya terlihat lebih kritis, tetapi juga lebih berani dan imajinasi mereka lebih berkembang. Pesan moral yang mereka sampaikan juga tidak menggurui, berbeda dengan generasi saya yang terasa lebih membosankan.
Jangan persoalkan gaya bahasa anak-anak yang memang terlihat sederhana. Tulisan mereka yang terlihat polos, menggambarkan bahwa campur tangan editor dalam menyuting karya mereka memang rendah. Bagi saya, itu terlihat lebih menarik daripada gaya bahasa dibuat bagus oleh editor.
Saya tidak terlalu sulit dalam membedah karya mereka karena ketika kuliah dulu dan hidup dari menulis, saya sering menulis cerita anak. Beberapa karya saya tersebut diterbitkan di media massa di Indonesia.
Saya berharap, anak-anak bisa terus menulis dan juga membaca buku, baik yang diterbitkan di Indonesia maupun buku-buku luar untuk menambah wawasan sekaligus meningkatkan kemampuan literasi mereka.[]