FROM a distance, I saw your shadow wearing a pink blazer, pink pants, and pink shoes. You were standing in front of the glass of the Padang rice seller on our campus. There was a pile of ceramics in front of the glass shelf of the Padang rice seller and you climbed on top of it. Your short posture really supported the pile of ceramics so that you could see all the menus.
This is a Padang food stall that provides various types of side dishes with strong spices. We really like Padang rice and often eat together, sometimes one pack for two, sometimes each gets one pack, depending on how hungry we were at that time.
I quietly walked up to you from behind. I deliberately didn't call you right away, but wanted to surprise you. When you turned around, I thought you would be surprised to see my figure towering in front of you.
But you didn't seem to notice my presence. I heard you buy two Padang rice dishes, one spicy and one not. The non-spicy rice with grilled pomfret fish plus one perkedel. Oh my, that's my favorite menu.
Because I felt ignored all the time, I finally surprised you but you weren't surprised at all. It turned out that you had already noticed my presence through the reflection in the glass. No wonder you were calm when I hid behind your tiny body.
"I want some Padang rice," I asked.
You answered that you bought me one non-spicy Padang rice. I was touched. You immediately knew what I wanted even though I never asked. I felt sure of your statement that no woman in this world loves me like you do.
I don't remember how the story ended. I only felt happy and when I woke up, I felt very sad because our relationship wasn't going well. You were furious for reasons we were still debating. And we continued to argue all night through long written conversations until morning came.
Actually, I didn't want to entertain the debate anymore because there was no way out that was beneficial for both of us. You wanted to leave, while I fought tooth and nail for you to stay. That's the problem.
The dream about spicy and non-spicy Padang rice is a reflection of the reality that we have experienced, a week before in Jakarta. We have the same taste, and in many ways the same, except you like spicy food and I don't.
I hope we can focus on the same things and be happy. Various differences, we put in a corner that may be resolved by itself over time.[]
Dua Nasi padang, Satu Pedas dan Satu lagi tidak Pedas
DARI kejauhan, aku melihat bayanganmu mengenakan blazer pink, celana pink, dan sepatu pink. Kamu berdiri di depan kaca penjual nasi padang di kampus kita. Ada tumpukan keramik di depan rak kaca penjaja nasi padang tersebut dan kamu naik di atasnya. Postur kamu yang pendek memang sangat mendukung dengan adanya tumpukan keramik tersebut sehingga kamu bisa melihat semua menu yang ada.
Ini adalah warung padang yang menyediakan berbagai jenis lauk dengan bumbu yang kuat. Kita sangat menyukai nasi padang dan sering makan bersama, kadang satu bungkus berdua, kadang masing-masing mendapatkan satu bungkus, tergantung seberapa lapar kita saat itu.
Aku diam-diam berjalan mendekatimu dari belakang. Aku sengaja tidak langsung memanggilmu, tetapi ingin memberikan kejutan. Ketika kamu berbalik, kupikir kamu akan terkejut melihat sosokku yang menjulang di hadapanmu.
Tapi kamu seperti tidak menyadari kehadiranku. Aku mendengar kamu membeli dua nasi padang, satunya pedas dan satunya tidak. Nasi yang tidak pedas pakai ikan bawal panggang ditambah satu perkedel. Ya ampun, itu menu kesukaanku.
Karena merasa diabaikan terus, akhirnya aku mengejutkanmu tetapi kamu sama sekali tidak terkejut. Ternyata, kamu sudah menyadari kehadiranku melalui pantulan kaca. Pantas saja kamu tenang-tenang saja ketika aku bersembunyi di belakang tubuhmu yang mungil.
“Aku mau dong, nasi padang,” pintaku.
Kamu menjawab bahwa satu nasi padang yang tidak pedas memang kamu belikan untukku. Aku merasa terharu. Kamu langsung tahu apa yang aku inginkan meski tidak pernah bertanya. Aku merasa yakin dengan pernyataanmu bahwa tidak ada perempuan di dunia ini yang menyayangiku seperti kamu.
Aku tidak ingat lagi bagaimana endingnya kisah tersebut. Aku hanya merasakan bahagia dan ketika terjaga, aku merasa sedih sekali karena hubungan kita sedang tidak baik-baik saja. Kamu sedang marah besar untuk alasan yang masih kita perdebatkan. Dan kita terus berdebat sepanjang malam itu melalui percakapan tulisan yang panjang sampai pagi menjelang.
Sesungguhnya, aku tidak ingin melayani lagi perdebatan itu karena belum ada jalan keluar yang menguntungkan bagi kita berdua. Kamu ingin pergi, sedangkan aku mati-matian memperjuangkan kamu agar tetap bertahan. Di situnya masalahnya.
Mimpi tentang nasi padang yang pedas dan tidak pedas adalah refleksi dari kenyataan yang pernah kita lalui, seminggu sebelumnya di Jakarta. Kita memiliki selera yang sama, dan dalam banyak hal sama, kecuali kamu suka makanan pedas dan saku tidak.
Aku berharap kita bisa fokus pada hal-hal yang sama dan membahagiakan. Berbagai perbedaan, kita tempatkan di suatu sudut yang mungkin akan selesai dengan sendirinya seiring perjalanan waktu.[]