Pandemi covid 19 yang melanda dunia sudah mulai berakhir, roda ekonomi perlahan berjalan meskipun lambat, akan tetapi masalah lain timbul, yaitu penyakit yang menyerang hewan ternak.
Akhir-akhir ini media di Indonesia banyak yang memberitakan terkait penyakit mulut dan kuku, penyakit ini menyerang pada jenis hewan ruminansia, seperti sapi, kerbau, kambing dan domba. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menular, proses penularanya cukup cepat, akan tetapi prosentasi kematian dari penyakit ini masih sedikit. Menurut dari sumber yang penulisa baca http://dkpp.jabarprov.go.id, bahwa penyebab penulaaran dari penyakit ini adalah :
- Kontak langsung(antara hewan yang tertular dengan hewan rentan melalui droplet, leleran hidung, serpihan kulit.
- Sisa makanan/sampah yang terkontaminasi produk hewan seperti daging dan tulang dari hewan tertular.
- Kontak tidak langsung melalui vektor hidup yakni terbawa oleh manusia. Manusia bisa membawa virus ini melalui sepatu, tangan, tenggorokan, atau pakaian yang terkontaminasi.
- Kontak tidak langsung melalui bukan vektor hidup (terbawa mobil angkutan, peralatan, alas kandang dll.)
- Tersebar melalui udara, angin, daerah beriklim khusus (mencapai 60 km di darat dan 300 km di laut)
Gejala yang dapat diamati pada sapi yang terserang seperti :
- Terdapat demam (pyrexia) hingga mencapai 41°C dan menggigil
- Mengalami anorexia (tidak nafsu makan)
- Penurunan produksi susu yang drastis pada sapi perah untuk 2-3 hari
- Keluar air liur berlebihan (hipersativasi)
- Saliva terlihat menggantung, air liur berbusa di lantai kandang.
- Pembengkakan kelenjar submandibular.
- Hewan lebih sering berbaring
- Luka pada kuku dan kukunya lepas.
- Menggeretakan gigi, menggosokkan mulut, leleran mulut, suka menendangkan kaki.
- Efek ini disebabkan karena vesikula (lepuhan) pada membrane mukosa hidung dan bukal, lidah, nostril, moncong, bibir, puting, ambing, kelenjar susu, ujung kuku, dan sela antar kuku.
- Terjadi komplikasi berupa erosi di lidah dan superinfeksi dari lesi, mastitis dan penurunan produksi susu permanen,
- Mengalami myocarditis dan abotus kematian pada hewan muda,
- Kehilangan berat badan permanen, kehilangan kontrol panas.
Sedangkan gejala pada kambing atau domba meliputi :
- Lesi kurang terlihat, atau lesi pada kaki bisa juga tidak terlihat.
- Lesi / lepuh pada sekitar gigi domba
- Kematian pada hewan muda.
- Keluar air liur berlebihan (hipersativasi)
Bagi para peternak yang memiliki hewan peliharaan dengan ciri-ciri tersebut di atas hendaknya segera melaporkan pada pihak terkait agar segera dapat ditindaklanjuti. Jika dibiarkan saja dapat berdampak fatal pada binatang ternak. Mengingat kondisi cuaca saat ini di Indonesia sedang kurang bersahabat, seharusnya bulan Juni sudah memasuki musim kemarau tapi masih sering terjadi hujan, bahkan hujan disertai terik sinar matahari, hal tersebut memungkinkan imun hewan menjadi lemah sehinggga mudah terserang penyakit.
Padahal sebentar lagi bulan haji datang, mendekati bulan haji / Idul Adha merupakan masa-masa para peternak sapi, kambing dan domba di Indonesia panen, karena jumlah permintaan hewan tersebut naik signifikan untuk disembelih pada hari raya idul adha. Banyak petani di daerah saya mengeluh lantaran sudah mendekati hari raya Idul Adha tapi masih sepi, tidak seperti tahun sebelumnya, padahal tahun kemarin masih pandemi akan tetapi permintaan hewan qurban masih banyak, kemungkinan hal tersebut disebabkan oleh isu yang berkembang terkait penyakit kuku dan mulut. Jika kondisinya berkelanjutan seperti ini dikhawatirkan banyak peternak yang merugi lantaran hewan ternaknya jarang yang membeli. Semoga saja wabah ini segera berakhir sehingga para peternak dapat menikmati hasil jerih payahnya selama memelihara ternak. Semoga informasi ini dapat bermanfaat, salam @embunpagi