Beberapa minggu yang lalu, saya melihat sebuah bistro yang ada di kawasan Ngagel Madya, dekat Gereja Katolik St. Maria Tak Bercela, Surabaya, tempat itu bernama Broklyn Bistro dan disebelahnya ada sepanduk bertuliskan cafe kopitiam.
A few weeks ago, I saw a bistro in the Ngagel Madya area, near St. Mary's Catholic Church. Immaculate Maria, Surabaya, the place is called Broklyn Bistro and next to it there is a banner that says cafe kopitiam.
Sebenarnya saya tidak berniat mampir ke bistro tersebut, tapi rencana mampir ke cafe kopitiamnya karena di spanduk tersebut tertera menu-menu ala Tionghoa peranakan, yang notabene harganya terjangkau. Terlebih lagi saya berjanji kepada putri saya untuk mengajaknya makan di sana.
Actually, I didn't intend to stop by the bistro, but planned to stop by the kopitiam cafe there because the banner listed Peranakan Chinese-style menus, which incidentally were affordable. Moreover, I promised my daughter to take her to eat there.
Waktu itu hari menjelang sore, dan ternyata ketika saya sudah masuk ke dalam tempat itu bersama putri saya, tempat itu berubah menjadi bistro. Hal ini agak mengagetkan saya, ternyata cafe kopitiamnya hanya buka sampai pukul dua belas siang setelah itu giliran bistro yang buka.
It was late afternoon, and it turned out that when I entered the place with my daughter, the place had turned into a bistro. This surprised me a bit, it turned out that the kopitiam cafe was only open until twelve noon after that it was the bistro's turn to open.
Harga menunya terbilang untuk kalangan menengah atas, sekitar kurang lebih mulai Rp. 45.000,- keatas untuk makanan sedangkan untuk minuman mulai harga Rp. 15.000,- . Menu yang ada pastilah makanan dan minuman ala barat.
The menu prices are considered for the upper middle class, around Rp. 45,000,- and above for food while for drinks the price starts at Rp. 15,000,- . The menu must be western style food and drinks.
Akhirnya, saya pun memesan Spaghetti Bolognese. Nah pas menunggu pesananan datang, saya melihat apa yang menarik dari tempat bistro tersebut. Ternyata ada di atas tempat saya duduk ada lampu yang diselubungi dengan anyaman bambu dan ketika hari menjelang petang, lampu tersebut dinyalakan sehingga terlihat indah.
Finally, I ordered Spaghetti Bolognese. So, while waiting for my order to arrive, I saw what was interesting about the bistro. It turned out that above where I was sitting there was a lamp covered with woven bamboo and when it was approaching evening, the lamp was turned on so it looked beautiful.
Melihat keindahan tersebut saya ingin mengabadikannya, tapi sayang saya tidak membawa kamera. Akan tetapi teringat perkataan Pak Agus Leonardus, salah satu fotografer senior bahwa untuk mengambil foto janganlah bergantung pada satu alat, pakailah alat yang ada padamu pada saat itu.
Seeing this beauty I wanted to take a photo, but unfortunately I didn't bring a camera. However, I remembered the words of Mr. Agus Leonardus, one of the senior photographers, that to take photos, don't rely on one tool, use the tools that you have at that time.
Nah alat yang ada pada saat itu adalah hanyalah sebuah smartphone entry level merk Infinix Hot 30. Dengan berbekal smartphone ini, saya pun mencoba mengambil beberapa foto dan selain foto lampu, makanan, ternyata ada sebuah dekorasi lainnya yang menarik yaitu kumpulan daun jendela yang dipajang pada tembok bistro. Dekorasi daun jendela ini menjadi lebih menarik ketika petang hari, karena lampu dibelakangnya menyala dan terlihat lebih terang. (hpx)
So the only tool available at that time was an entry level smartphone from the Infinix Hot 30 brand. Armed with this smartphone, I tried to take some photos and apart from photos of lights and food, it turned out there was another interesting decoration, namely a collection of window shutters displayed on the bistro walls. The decoration of these window shutters becomes more attractive at dusk, because the lights behind them are on and look brighter. (hpx)
Camera | Translation tool |
---|---|
Smartphone entry level Infinix Hot 30. |
Translation tool : Google Translate. |