Ngepantai Malam-Malam: Cara Sederhana Membahagiakan Diri

in #hive-1534762 years ago

IMG_20220122_203802.jpg

MEDIO FEBRUARI 2022. Angin sedang baik-baiknya. Aku tidak tahu apakah itu sedang musim barat atawa musim timur. Yang jelas, ketika seorang teman mengajak pergi ke Pulo Aceh barang dua tiga hari. Aku langsung mengangguk setuju tanpa banyak cing-cong, kecuali dengan satu syarat: Mesti ada acara bakar ikan ketika sudah di sana. "Kabereh," jawab si teman singkat. Dan dengan rencana sesingkat itu pula aku tiba di Pulo Aceh untuk kesekian kalinya.

Seperti yang sudah-sudah, aku merasa tak pernah bosan menapakkan kaki di sini. Indah alam dan keramahan orang-orangnya adalah persenyawaan magis yang selalu bikin aku tak pernah bisa menolak ketika diajak melawat. Terutama ketika aku tengah lowong dari rutinitas pekerjaan yang kerap bikin suntuk tanpa ampun. Dan kali ini aku meloncat ke daratan Gugop ketika boat yang kutumpangi telah merapatkan buritannya di sandaran pelabuhan. Pulo Aceh masih seperti sedia kala. Setidaknya masih sama penampakannya ketika terakhir kali aku kesini, sekira 158 hari lewat. Sebelum tiba di Gugop, aroh Lampuyang masih sama bergejolaknya, sepadan dengan kecekatan juru mudi boat yang kami tumpangi bermanuver di atasnya.

IMG_20220122_205805.jpg

Kami tiba tepat ketika azan ashar berkumandang dari Meunasah Seurapong di seberang. Dari sandaran boat, aku langsung melipir ke sebuah kedai kopi di sudut pelabuhan. Ini kedai kopi sederhana, dengan rak gorengan sekalian alat penggorengannya yang menyala terletak di pintu masuknya. Di dinding yang membatasi dapur kedai kopi dengan meja-kursi pelanggan, tertempel satu unit televisi layar datar, yang ketika aku masih tengah menyiarkan liputan petang salah satu stasiun tv nasional.

Aku pesan kopi. Aku sulut sebatang rokok. Kemudian, dengan mengabaikan celotehan si teman, aku memfokuskan diri menyimak segala petingkah orang-orang di pelabuhan yang tengah sibuk turun dari boat sembari menenteng barang belanjaan mereka. Satu hal yang sama di antara segala perbedaan figur-figur yang kuamati ini adalah mereka semua sama sumringahnya. Semua yang berlalu lalang dengan segala aktivitas pelabuhan petang hari tampak berlaku sedemikian dinamis selakigus ritmisnya. Ditingkahi aura riang gembira yang kuyakini menguar oleh sebab kesederhanaan dan ketulusan sungging senyum orang-orangnya.

IMG_20220122_204431.jpg

"Si Ajir lagi datang kesini, menjemput," ujar si teman membuyarkan pengamatanku. Aku mengangguk tanpa berkomentar apa-apa, kecuali kembali melanjutkan pembacaan suasana pelabuhan Gugop sembari menyeruput kopi tubruk yang sedari tadi disuguhkan pemilik kedai. Tahu akan kebiasaanku yang rada kurang nyambung ketika tiba di tempat baru, si teman mengalihkan obrolannya dengan si pemilik kedai. Aku tersenyum dalam hati.

Tak lama, Ajir yang dikatakan si teman tadi tiba di kedai kopi. Ajir adalah salah satu anak muda Pulo Aceh cukup sering bolak balik ke Banda Aceh. Pertemanan kami dengannya terjalin pada sebuah acara pelatihan dua tahun sebelumnya. Setelah bertukar kabar yang penuh gelak tawa, aku jadi tahu dari penuturan anak muda ini bahwa ajakan ke Pulo Aceh oleh si teman ternyata seturut undangannya.

"Keurapee, rambeue, gurita, dungon, dan lain sebagainya teungoh got meusapat!"

Itulah pesan WhatsApp yang dilayangkan Ajir ke gawai si teman dua hari lewat. Cuma sebaris kalimat bahasa ibu yang menerangkan bahwa ikan tengah banyak-banyaknya di Pulo Aceh. Dan ketika aku menyatakan syarat keikutsertaanku kemarin pada ajakannya, si teman dengan sigap memberi garansi, usut punya usut, ternyata berihwal dari sini. Aku tergelak mendengar penjelasan si Ajir dengan logatnya yang khas. Si teman mengulum senyum penuh kemenangan.

IMG_20220122_205734.jpg

Begitulah. Petang itu habis sempurna dengan celotehan dan gelak tawa di kedai kopi sudut pelabuhan Gugop. Lepas maghrib kami beranjak ke Pantai Lambaro, sekira dua kilometer dari Gugop. Di sini, telah menunggu teman-teman Pulo Aceh lainnya yang hampir semuanya memang kukenal sedari lawatan-lawatan sebelumnya.

Benar seperti kata orang bijak dulu. Berkumpul dengan teman-teman adalah salah satu cara paling sederhana bikin bahagia. Aku riang gembira. Apalagi ketika kudapati seekor kerapu merah yang telah dipesiang dan dibumbui dengan racikan rempah khas Pulo Aceh telah menguarkan aroma yang ketika terhidu akan membuat jakunmu timbul tenggelam di batang tenggorokan.

Selanjutnya apa? Kalian bisa simpulkan sendiri dengan foto-foto yang kusertakan dalam catatan ini. Sekian dulu. Wassalamu.

IMG_20220122_211045.jpg

IMG_20220122_203842.jpg

IMG_20220122_195123.jpg

IMG_20220122_203835.jpg

IMG_20220122_203344.jpg

IMG_20220122_211034.jpg

Sort:  

Kenikmatan yang hakiki itu mah, saya jadi ngiler melihatnya hehe

Yay! 🤗
Your content has been boosted with Ecency Points, by @bookrak.
Use Ecency daily to boost your growth on platform!

Support Ecency
Vote for new Proposal
Delegate HP and earn more