Kurang greget kalau harus antri, lalu ngga dapet apa-apa 😂.
Hallo hiver,
Cerita usang, baru saya tulis dan bukan untuk ditanggapi secara serius 🤪.
Terus terang, semenjak adanya suntik vaksin corona booster yang digaungkan oleh pemerintah pusat, saya selalu dihantui oleh rasa takut dan cemas yang berlebihan.
Alih-alih ikut antri vaksin, malah seringkali menghilang dari peredaran. Walhasil belum satu kali pun.
Bukan takut tentang hukuman dari pemerintah karena belum vaksin lalu masuk penjara atau terkena pajak lebih tinggi, sekali lagi bukan. Namun perlakuan diskriminasi oleh masyarakat setempat di desa.
Iya, perlakuan diskriminasi sosial oleh tetangga kanan kiri karena alasan belum vaksin. Ini lebih menakutkan.
Betul adanya, ketika surat bantuan dari dana desa turun. Pyar, ribut satu RT kok dapet..🥳
Siang itu di balaidesa, begitu masuk gerbang sudah ditodong oleh petugas berseragam loreng. "Sudah booster belum?"
"Belum pak.."
"Sana booster dulu, sekarang!"
Waduh, kena nih.
"Bu, mau vaksin, yang pertama"
"Haaa, baru pertama.."
"Iya.."
Mungkin hanya saya dengan sikap ndableg dan mbalelo, menjadikan pemerintah desa setempat memutar otak supaya saya dan orang-orang yang setipe, untuk ikut vaksin seperti yang lainnya dengan metode tangkap tangan di tempat.
Nah sikap ndableg ini hanya
bolehdilakukan oleh mereka yang bukan pejabat atau tokoh setempat. Misal Anda seorang tokoh atau ketua RT katakanlah, itu bakal ancur reputasinyaa. 😉
Kesadaran pentingnya sebuah vaksin di lingkup desa, belum sepenuhnya difahami secara utuh. Masih diselimuti kepentingan nganu dan nganu.
Coba teman-teman sesekali bertanya ke mereka yang sudah vaksin, alasannya kenapa. Biasanya mereka akan menjawab, "demi bantuan", "supaya mudah urusan administrasi" dll dll.
Hal yang sama berlaku bagi umat muslim (saya muslim). Terkadang kita beribadah bukan karena apa, namun karena takut ancaman neraka. ☺☺
Ilmu tentang ikhlas, dan pemahaman atas kebutuhan dasar seorang hamba yang kawulo ngabdi belum didapatkan.
Sekian, semoga bermanfaat.
demi apa coba, ya demi konten
🥺🥺