Sebuah adat dan budaya yang berada aceh, Indonesia bernama Peusijuk sunat, kegiatan ini di lakukan oleh masyarakat aceh pada umumnya ketika anak-anak lelaki yang beranjak dewasa dengan sebutan puber, setiap muslim khususnya di aceh wajib melaksanakan yang namanya sunat atau dengan kata lain sunat rasul.
Pada kesempatan hari ini saya membagikan sebuah story saya ketika saya berkunjung kesebuah kegiatan peusijuk sunat. Kegiatan ini hanya ada di aceh, namun Peusijuek untuk kegiatan yang akan melakukan sunat sangatlah langka pada masa saat ini di daerah perkotaan seperti di kota Lhokseumawe.
Peusijuk Sunat adalah sebuah kegiatan adat dan budaya aceh yang menjadi turun temurun dilakukan oleh masyarakat ketika anak lelakinya mulai berusia 10 tahun ke atas, dengan kata lain seorang anak lelaki akan melakukan pemotongan kulit jenis kelamin yang bagi anak lelaki ketika mulai remaja.
Empat orang anak yang sedang di Peusijuk untuk melakukan sunat
Setiap orang-orang yang yang di undang di acara peusijuk berbondong-bondong mendatangi dan memenuhi undangan ketika ahli rumah mengajak mereka untuk datang pada kegiatan peusijuk sunat ini, pada tampilan foto yang saya bagikan terlihat tamu yang berdatangan untuk memenuhi undangan, mereka akan datang ketika waktu siang untuk mengucapkan selamat atas Peusijuk anak dari rekan mereka.
Berkisar pada jam 01.00 wib masyarakat sudah memenuhi tempat duduk untuk menikmati pesta Peusijuk ini dengan mencicipi beberapa hidangan yang telah disediakan oleh pembuat acara.
Disini terlihat beberapa kaum ibu-ibu yang sedang menikmati makanan atau hidangan dengan berbusana yang tidak biasanya mereka pakai, dari yang saya pahami pada konteks kegiatan ini masyarakat aceh masih memiliki rasa sosial yang sangat tinggi, mereka berdatangan dengan rasa sosial dan kemasyarakatan.
Tidak hanya kaum perempuan, juga hal ini dihadiri oleh kaum lelaki dan pemuda serta pemudi. Saya menyimpulkan bahwa Peusijuk sunat merupakan agenda yang besar sama halnya seperti sebuah pesta pernikahan, masyarakat aceh menyebutkan dengan nama khanduri peusijuk.
Sebagai tamu undangan, saya juga merasakan rasa sosialitas masyarakat aceh masih berdiri hingga sekarang dengan adanya kegiatan seperti ini, setiap tamu undangan tidak semata-mata hanya berdatangan lalu duduk dan makan, mereka sebagai tamu juga menyediakan hadiah seperti kado untuk lelaki yang sedang di peusijuk ini.
Selanjutnya merupakan potret gadis yang menerima kado dan hadiah dari setiap tamu yang datang, seperti biasanya penjaga dan penerimaan kado ini terdiri dari perempuan, hal ini dilakukan setelah pulang dan ingin pamit dari acara, mereka akan memberikan hadiah berupa uang yang dimasukkan kedalam amplop kemudian di masukkan amplop tersebut kedalam tabung keranjang.
Hal lainnya ketika tamu memberikan kado, mereka memberikan dan menyerahkan lebih awal sebelum memasuki sesi menikmati hidangan makanan, sehingga penjaga dan penerimaan kado ini di tempatkan pada gerbang masuk tempat acara tersebut.